Menjelang dimulainya salat tarawih hari ini, garin masjid dekat rumah mengeluarkan pengumuman," Bapak dan Ibu, mohon anaknya dijaga. Kalau menangis...mengganggu, mengganggu, mengganggu. Saya yakin bapak-bapak dan ibu-ibu juga (jadi) tidak khusyuk."

Kegaduhan di masjid pada bulan Ramadhan merupakan hal yang lumrah. Orang tua mengajak anaknya untuk menunaikan ibadah tarawih untuk (1) mengajarkan ritual tersebut pada anak-anak; (2) menjalankan ibadah tanpa khawatir meninggalkan anak-anak di rumah; dan (3) memastikan anak-anak mengerjakan tugas khusus Ramadhannya (biasanya anak-anak ditugaskan mencatat ceramah tarawih).
Ketiga alasan tersebut sangat mulia, tapi konsekuensinya bisa berbahaya. Melatih anak-anak beribadah di masjid memang penting tapi mereka sulit menjaga ketenangan. 200% akan menyebabkan keributan. 

Tidak sedikit jamaah yang mengeluh. Kadang mereka menegur anak-anak dengan harapan orang tuanya bertindak, tapi itu tidak efektif. Mengkritik orang tua secara terang-terangan tampaknya tabu dilakukan karena kita harus menjaga perasaan orang lain. Apalagi kalau dibalas dengan "coba kalau itu anak kamu" atau "suatu saat kamu akan tahu rasanya kalau punya anak". Kita takut akan karma, jangan-jangan anak kita juga mengganggu orang lain.

 
Pola pikir ini yang membuat kegaduhan di masjid terus berlangsung dan orang tua seolah tidak ambil pusing dengan berdalih, "namanya juga anak-anak." Justru karena anak-anak, maka inilah kesempatan orang tua untuk mengajarkan perilaku yang benar. Bahwa mengganggu orang lain yang sedang beribadah adalah perbuatan yang buruk. Bahwa ketika sudah ditegur, anak harus berusaha menghindari perilaku yang tidak disukai. Bukan dengan berdalih atau bahkan balik mengutuk yang menegur.

Terlepas dari status penegur, ribut di masjid adalah perbuatan tercela. Itu fakta. Tidak perlu disangkal. Orang tua dengan anak yang masih sulit diatur harus mengubah strategi, misalnya:
1. mengajarkan anak beribahah di masjid pada jam senggang, misalnya pada waktu Zuhur.
2. memisahkan anak dengan teman-temannya.

Atau bahkan berbesar hati untuk tidak membawa anak ke masjid pada jam puncak ibadah Ramadhan. InsyaAllah pahalanya jauh lebih besar daripada memberikan segumpal kegondokan di hati jamaah lain. 

Terakhir, semoga kita semua dihindarkan dari segala perbuatan yang merugikan orang lain dan diri sendiri. Aamiin.






 

0 Comments