Hari ini jagad twitter dihebohkan dengan postingan seorang pria yang minta biaya makan malamnya dengan teman kencannya dibayar secara patungan. Netijen maha benar mencemooh teman wanitanya yang tidak segera membayar padahal tagihan makan mereka tidak banyak. Di sisi lain, para pengamat amatir ini juga membela sang puan yang merasa diajak oleh si lelaki. Sudah sepantasnya yang mengajak memberikan servis secara paripurna, alias membayari makan berdua. 

Konsep ‘yang ngajak, yang bayar’ ini pernah saya dengar dari salah satu rekan kerja. Menurut beliau, dalam budaya sukunya yang mengajak harus bertanggung jawab membayari perjamuan. Konsep ini tidak pernah saya dengar selama masa pertumbuhan, namun biasanya yang akan menyelesaikan permasalahan uang adalah yang paling tua. Bisa itu bapak atau paman. Hal ini menunjukkan kemapanan mereka.

Tapi yang dibahas warga net ini tentu bukan saja soal kemapanan, tapi lebih kepada sopan santun sebagai orang yang baru kenal. Lain halnya jika sudah kenalan lama, sudah terjalin pengertian bahwa jika kali ini saya yang bayar berikutnya giliran teman saya.

Saya sendiri penganut lebih baik bayar semua daripada berutang. Toh, cuma makanan. Tidak sebanding dengan belanja buku saya yang tidak pernah melihat harga. haha (songongnya kutu buku ya sebatas itu). Tapi rupanya hal ini membuat teman baru saya gugup, setelah itu saya tidak pernah dihubungi. Ini terjadi beberapa kali. Jadi, saya pikir laki-laki perlu membayari makanan jika bertemu wanita, jika tidak ia kemungkinan besar akan kehilangan rasa percaya diri.

Lalu, mengapa si pria minta split bill pada kencan pertama?

Asumsi saya ada 2. Pertama, doi tidak puas dengan teman kencannya. Daripada menanggung rugi dua kali (hubungan tidak bisa dilanjutkan ke tahap berikutnya dan kehilangan uang), paling tidak ia dapat menyematakan seupil hartanya. Kedua, memang si pria tidak cukup modal untuk membiayai kencan. Sekali lagi ini cuma asumsi. Tapi, gimana menurut pembaca? 






0 Comments